Sidikalang.Wahananews.co, Sidikalang - Petani cabai di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, menjerit disebabkan harga jual merosot tajam dibandingkan dengan harga sebelumnya.
Beberapa petani cabai di Desa Pegagan Julu II, Kecamatan Sumbul, diantaranya Lasman Matanari (45) mengatakan hal itu, dikonfirmasi WahanaNews.co, Selasa (27/5/2025).
Baca Juga:
Prabowo Ajak Tebar Kasih dan Damai di Hari Kenaikan Yesus Kristus
"Sekarang harga cabai sangat merosot tajam. Kami petani cabai menjerit. Bagus tanaman, tapi harga jual merosot," kata Lasman.
Dijelaskan, dua bulan lalu harga cabai rawit di pasaran masih cukup lumayan, yakni Rp35 ribu per kilogram. Kemudian turun cecara berangsur dan kini menjadi Rp12 ribu per kilogram.
Sedangkan harga cabai merah dua minggu lalu juga cukup menggembirakan, Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram. Kemudian turun secara berangsur dan kini menjadi Rp13 ribu per kilogram.
Baca Juga:
Bripda Josua Nainggolan Jadi Korban Pembacokan di Yahukimo
Ditanya faktor penyebab harga cabai merosot tajam, Lasman menerangkan karena produksi membludak. Hampir semua daerah petani cabai menjerit karena harga merosot disebabkan produksi membludak.
Ditambahkan, petani sangat terpukul dengan merosotnya harga cabai, khususnya yang memiliki anak yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang tinggi, tentu membutuhkan dana.
Mungkin sekali petani itu sangat mengharapkan dari hasil pertanian cabai untuk biaya sekolah anaknya.
Terpisah, salah seorang agen pengumpul cabai mengaku boru Sihombing dikonfirmasi di pekan Sumbul mengakui harga cabai sangat merosot di bandingkan dengan harga sebelumnya.
Diakui, harga cabai rawit Rp12 ribu per kilogram. Sedangkan harga cabai merah hanya Rp13 ribu per kilogram.
Disebut, merosotnya harga komoditi itu disebabkan produksi membludak. Saat harga cabai meningkat, toke cabai dari Medan bahkan dari Pekanbaru datang ke Dairi untuk membeli cabai.
"Namun setelah harga merosot tajam, toke yang dari luar daerah tidak kelihatan lagi batang hidungnya," katanya.
[Redaktur: Robert Panggabean]